Soeharto – Masyarakat Indonesia pastinya sudah tidak asing dengan Biografi Soeharto. Tidak hanya diketahui oleh generasi terdahulu, bahkan generasi 90 an masih familiar dengan nama tersebut. Ya, beliau adalah presiden kedua Indonesia dengan masa pemerintahan terlama yakni selama 32 tahun lamanya dari tahun 1967 hingga 1998. Biografi Soeharto tentunya layak untuk diketahui.
Soeharto dikenal dengan ciri khasnya yakni memilki raut muka yang seakan akan selalu tersenyum, hingga beliau dijuluki “The Smiling General” atau “ Sang Jenderal yang Selalu Tersenyum” oleh dunia barat.
Pada awalnya beliau merupakan seorang pemimpin militer yang berpangkat Mayor Jenderal di masa penjajahan Jepang dan Belanda. Hingga akhirnya mengambil kekuasaan presiden Soekarno pada saat itu. Masa pemerintahan Soeharto pun dimulai pada tahun 1967 yang lebih dikenal dengan nama Orde Baru.
Pada masa pemerintahannya Indonesia mengalami kemajuan ekonomi serta infrastruktur. Namun dibalik itu pula isu korupsi santer berhembus diakhir pemerintahan beliau. Lalu Siapakah Soeharto ? Dimana beliau dilahirkan ? dan bagaimana sepak terjangnya selama ini ? berikut biografi Soeharto yang kita rangkum sebagai berikut :
Lahirnya Soeharto
Biografi Soeharto dimulai pada saat kelahirannya yaitu pada tanggal 8 Juni 1921 di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta.
Soeharto kecil lahir dari pasangan Bapak Kertosudiro yang bekerja sebagai petugas irigasi serta Ibu Sakirah. Setelah lahirnya Soeharto, kedua orangtuanya pun memutuskan untuk bercerai.
Soeharto kemudian dititipkan kepada salah satu kerabat ibunya yakni Mbah Kromodiryo. Hal itu dilakukan karena kondisi ibunya yang sakit-sakitan hingga tak mampu menyusui Soeharto saat itu.
Saat Soeharto berusia 4 tahun, ia pun dijemput oleh ibunya Sakirah dan mengajaknya tinggal bersama dengan suami barunya yang bernama Atmopawiro.
Soeharto memiliki seorang buyut yang bernama Notosudiro. Beliau merupakan salah satu pengawas keraton hingga Soeharto sering dipanggil “Den” pada saat itu. Tak lama kemudian Soeharto dititipkan pada adik perempuan ayah kandungnya yang bersuamikan seorang mantri tani bernama Prawirodiharjo. Disana Soeharto memperoleh pendidikan dan dibesarkan dengan baik. Hingga akhirnya beliau dijemput lagi oleh ayah tirinya.
Baca Juga: Contoh Biografi
Soeharto Muda
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Schakel Muhammadiyah Yogyakarta, Soeharto pun mulai mencari pekerjaan kesana kemari karena anggota keluarganya tak ada yang mampu membiayai pendidikan lanjutannya.
Pada saat itu mencari pekerjaan bukanlah sesuatu yang mudah tanpa adanya bantuan dari orang yang berkedudukan maupun berpengaruh. Karena tak kunjung mendapat pekerjaan, Soeharto pun memutuskan merantau ke Wuryantoro karena banyaknya kenalan di daerah tersebut.
Hingga pada suatu hari Soeharto mendapat pekerjaan sebagai pembantu klerek pada sebuah bank Desa (Volks Bank). Dari pekerjaannya ini, Ia belajar pembukuan.
Hal yang tidak terduga pun terjadi, secara tidak sengaja Soeharto menyobekkan kain batik satu-satunya yang menjadi seragam harian untuknya bekerja. Akhirnya Soeharto muda dipecat saat itu, kemudian ia pun merantau ke Solo namun tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hari-harinya pun diisi dengan kegiatan gotong royong membangun mushola, menggali parit dan membereskan lumbung.
Riwayat Pendidikan Soeharto
Suatu saat dibukalah pendaftaran masuk KNL (Koninlijk Nederlands-Indisch Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Soeharto pun diterima dan menjalani dinas pertamanya selama 3 tahun di Kortverband di Gombong.
Gayung bersambut, Soeharto pun menjadi lulusan terbaik dan ditugaskan menjadi wakil Komandan Regu di Batalyon XIII Rampal Malang. Selain itu Soeharto juga menjalani praktek di Pantai Pertahanan Gresik selama kurang lebih 2 minggu.
Hingga penyakit Malaria pun menyerangnya dan terpaksa Soeharto dirawat dirumah sakit. Setelah sembuh dari penyakitnya Soeharto ikut ujian masuk Sekolah Kader di Gombong untuk mendapatkan gelar sersan. Setelah mendapatkan pangkat Sersan ia pun ditugaskan ke Bandung untuk dijadikan cadangan pada Markas Besar Angkatan Darat bertempat di Cisarua.
Dua minggu setelah menjalani penempatan di Cisarua pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda pun menyerah pada Jepang. Karena takut ditangkap oleh Jepang, Soeharto pun memutuskan pulang ke Yogyakarta. Saat itu pula Malaria yang dideritanya kambuh sehingga membuatnya terbaring selama 6 bulan.
Setelah sembuh, Soeharto pun kembali mengadu nasib di Yogyakarta dengan mengikuti les mengetik. Tidak lama kemudian dibukalah penerimaan keanggotaan Keibuho yakni nama polisi Jepang di Indonesia. Soeharto diterima dan lulus dengan predikat terbaik.
Karena keberhasilannya, ia pun dianjurkan mendaftar menjadi tentara sukarela PETA (Pembela Tanah Air). Soerharto diterima dan dilatih menjadi Komandan Peleton (Shodancho). Seusai menjalani masa pendidikan, Soeharto pun ditempatkan di Batalyon Wates Yogyakarta, Pos pertahanan di Glagah Pantai Selatan Yogyakarta serta Madiun.
Keberhasilannya menjadi Shodancho, mengantarkannya menjadi Komandan Kompi (Chucandho) untuk mempelajari strategi perang. Seusai pendidikan Ia ditempatkan di Seibu yakni markas besar PETA di Solo di Kusumoyudan.
Karir militer Soeharto pun berjalan mulus dari sini. Ia ditugaskan diberbagai markas besar PETA yang ada di beberapa daerah. Ia berhasil bebas dari pembersihan karena pemberontakan PETA di Blitar. Hingga akhirnya oleh Jepang ia ditempatkan di Kaki Gunung Wilis di Desa Brebeg selatan Madiun untuk melatih prajurit PETA.
Karier Politik Soeharto
Setelah sukses dengan karir militernya, melalui surat Perintah Sebelas Maret tahun 1967 Soeharto mulai menggantikan kedudukan Soekarno menjadi Presiden. Satu tahun kemudian pada Maret 1968 Soeharto ditetapkan sebagai Presiden kedua oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara.
Masa pemerintahan Soeharto pun dinamakan Orde Baru. Hal pertama yang menjadi fokus Soeharto saat itu adalah perbaikan ekonomi. Kiblat ekonomi yang digunakan Soeharto pada saat itu adalah tim ekonom didikan Barat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun naik pesat bahkan berhasil melakukan swasembada pangan pada dekade 1980 an. Hal ini membuat Soeharto dijuluki Bapak Pembangunan.
Jika sekarang kita mengenal istilah Keluarga Berencana, itu merupakan salah satu peninggalan program yang dicanangkan dimasa pemerintahan Soeharto di bidang kesehatan. Program ini membuat Indonesia mendapat penghargaan dari PBB sebagai negara percontohan.
Di bidang politik Soeharto melakukan pemangkasan partai-partai politik, hingga muncullah Partai Golongan Karya sebagai partai dominan saat itu. Golkar menjadi partai yang selalu memenangkan pemilihan umum pada masa orde baru tanpa adanya partai oposisi.
Kebijakan di bidang politik inilah yang memunculkan keluhan di masyarakat. Hal ini memunculkan kesan anti demokrasi dan otoliter di kalangan masyakarat.
Hingga pada puncaknya terjadilah peristiwa penting di tanggal 15 Januari 1974 yang lebih dikenal dengan istilah malari(malapetaka lima belas januari). Dimana massa turun ke jalan menolak modal asing yang selama ini menjadi salah satu pilar program ekonomi Soeharto.
Masalah yang lain pun berdatangan. Terjadi krisis moneter dan ekonomi berkepanjangan yang mendera kawasan Asia pada tahun 1997. Demonstrasi demi demonstrasi pun terjadi. Hingga demonstrasi terbesar terjadi pada tahun 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa.
Demonstrasi besar-besaran ini mengakibatkan kondisi tanah air menjadi genting. Saat itulah Soeharto dipaksa turun dari jabatannya sebagai presiden. Hingga pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden. Masa reformasi pun dimulai.
Baca Juga: Biografi Moh Hatta
Kisah Cinta Soeharto
Dari biografi Soeharto juga dapat kita ketahui kisah cintanya. Soeharto dan Hartinah atau yang lebih kita kenal dengan nanam Bu Tien ini sama-sama bersekolah di Wonogiri. Soeharto merupakan kakak tingkat Bu Tien saat itu. Setelah lulus, mereka berdua terpisah oleh jarak dan waktu yang lama.
Mereka berdua bertemu kembali saat sama-sama menjalani tugas negara. Dimana pak Harto bertugas sebagai tentara sedangkan Bu Tien tergabung dalam Organisasi Perjuangan Perempuan (Laswi) serta Palang Merah Indonesia.
Hingga akhirnya sang paman menawari sang calon pemimpin tersebut untuk menikah dan siapa sangka lamaran Pak Harto diterima oleh Hartinah.
Pada tanggal 26 Desember 1947 keduanya pun menikah, meskipun pada awalnya pak Harto rendah diri karena status Ningrat yang dimilki oleh Bu Tien. Pesta pernikahan keduanya dilakukan dengan sangat sederhana bahkan hanya dengan penerangan lilin semata.
Pernikahan keduanya dikaruniai enam orang anak yaitu Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojudanto, Bambang trihatmojo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra serta Siti Hutami endang Adiningsih. Pada tahun 1996 Bu Tien pun meninggal dunia.
Akhir Hidup Soeharto
Soeharto meninggal dunia pada tanggal 27 Januari 2008 pada pukul 13.10 WIB di rumah sakit Pusat Pertamina Jakarta. Jenazah Soerharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana Jakarta pada Senin 28 Januari 2008 pada pukul 07.30. WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Jenazah akan diterbangkan ke Solo untuk dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo.
Itulah tadi biografi Soeharto yang dikutip dari berbagai sumber. Dari biografi Soeharto di atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa Soeharto bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi beliau mengangkat Indonesia dari keterpurukan. Namun di sisi lain beliau merupakan pemimpin yang anti demokrasi, yang menyebabkan gejolak dimasyarakat.
Dengan belajar sejarah akhirnya kita mengetahui fakta keseluruhan dari biografi Soeharto. Baik yang baik maupun yang buruk di mata masyarakat. Dengan begitu kita mampu menilai sendiri, tidak hanya terbawa penilaian orang lain yang belum tentu benar.