7+ Nama Pakaian Adat Jawa dan Contoh, Gambar, Penjelasan

Pakaian Adat Jawa

Pakaian Adat Jawa – Jawa adalah etnis mayoritas yang ada di Indonesia. Meski sebagian besar menghuni Pulau Jawa, namun keturunan Jawa banyak tersebar di berbagai pelosok. Hal itu turut berpengaruh pada banyak diadopsinya budaya Jawa dalam praktik hidup keseharian masyarakat.

Serta yang paling dapat dilihat adalah penggunaan pakaian adat Jawa yang mulai surut. Pakaian adat Jawa banyak dikenakan dalam berbagai kesempatan, baik formal maupun kasual.

Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi terikat akan kesan bahwa yang tradisional itu ketinggalan jaman.  Terlebih dengan perkembangan dunia fesyen dan tidak adanya batasan baku dalam berinovasi.

Pakaian Adat Jawa


Jenis Pakaian Adat Jawa

Pakaian adat Jawa memiliki beberapa macam karena Pulau Jawa terbagi menjadi 3 provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Nah untuk itu berikut beberapa pakaian Adat Jawa yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia:


1. Kebaya

Kebaya

Berbicara tentang pakaian adat Jawa, hal pertama yang terlintas adalah kebaya. Kebaya adalah jenis blus, tunik, atau atasan tradisional yang dikenakan khusus oleh kaum perempuan.

Biasanya dibuat dengan bahan tipis yang dipadukan dengan kain batik, sarung, atau songket. Nama kebaya sendiri berasal dari Bahasa Arab, abaya yang memiliki arti pakaian.

Ada sumber yang menyebutkan bahwa kebaya dibawa dari Tiongkok dan mengalami akulturasi budaya sesampainya di tanah Jawa. Pada masa itu, kebaya adalah salah satu simbol aristrokasi perempuan bangsawan yang membedakan mereka dengan rakyat jelata.

Rafles menuliskan bahwa jenis kebaya berbahan sutra, brokat, atau beludru dengan bukaan yang disatukan dengan bros di depan dada sudah ada pada 1817.

Seiring berjalannya waktu, kebaya tak pernah kehilangan peminat. Dapat dikatakan, kebaya adalah saksi dari perkembangan Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara hingga sekarang.

Kebaya bertahan dari pakaian perempuan bangsawan, pakaian perempuan kolonial, dan sampai saat ini masih menjadi pilihan perempuan-perempuan Indonesia dalam berbagai acara formal.

Perkembangan model kebaya turut mengikuti perkembangan dunia fesyen. Modelnya tak berhenti pada gaya klasik namun terus disesuaikan dengan arah mode yang sedang tren.

Baca Juga: Pakaian Adat Betawi


2. Jawi Jangkep

Jawi Jangkep

Jawi Jangkep secara resmi terdaftar sebagai pakaian adat Provinsi Jawa Tengah. Sama halnya seperti kebaya yang khusus dikenakan oleh kaum perempuan, Jawi Jangkep dikhususkan untuk kaum pria. Pakaian ini berasal dari adat Keraton Kasunanan Surakarta.

Jawi Jangkep sendiri memiliki 2 jenis, yaitu Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep padintenan (keseharian). Jawi Jangkep mengkhususkan penggunaan atasan hitam yang hanya boleh dikenakan pada acara formal. Sedangkan Jawi Jangkep padintenan mengenakan atasan berwarna selain hitam yang boleh dikenakan pada acara non formal. Kelengkapan pakaian Jawi Jangkep adalah sebagai berikut:

  • Penutup kepala berupa blankon atau destar.
  • Pakaian atasan dengan bagian belakang jauh lebih pendek untuk tempat keris.
  • Setagen.
  • Epek, timang, dan lerep sebagai sejenis ikat pinggang.
  • Kain bawahan.
  • Wangkingan atau keris.
  • Canilan atau selop sebagai alas kaki.

Hingga saat ini pakaian Jawi Jangkep masih sering menjadi pakaian pilihan, khususnya untuk acara-acara adat formal.


3. Beskap

Beskap

Beskap adalah salah satu jenis pakaian atasan pada Jawi Jangkep, namun seiring perkembangannya sering dikenakan terpisah. Tradisi memakai beskap sudah ada sejak zaman Mataram, akhir abad ke-18.

Memiliki bentuk kemeja lipat dan berkerah bukan lipat, biasanya beskap menggunakan warna kain yang polos. Kancing pada beskap terletak pada sisi kanan dan kiri serta pola kancing menyamping. Sebagaimana halnya dengan pakaian atasan untuk Jawi Jangkep, bagian belakang beskap terbuka untuk tempat keris.

Terdapat 4 jenis beskap, yaitu: Beskap gaya Solo, yaitu jenis beskap yang terinspirasi dari pakem budaya Keraton Kasunanan. Beskap gaya Yogya, beskap jenis ini merujuk pada pakem Keraton Kasultanan dan Beskap landung, adalah jenis beskap dengan bagian depan yang panjang serta Beskap gaya kulon.


4. Surjan

Surjan

Surjan adalah kemeja atasan yang khusus digunakan oleh kaum pria berlengan panjang dengan kerah tegak dan terbuat dari kain bermotif lurik atau bunga. Nama surjan merupakan singkatan dari gabungan kata suraksa-janma yang berarti menjadi manusia. Ada pula yang mengatakan surjan berasal dari kata siro dan jan yang artinya pelita.

Menurut sejarah, surjan sudah ada sejak zaman Mataram Islam yang diciptakan pertama kali oleh Sunan Kalijaga. Pakaian ini sering juga disebut sebagai pakaian taqwa karena memiliki makna religius.

  • 6 buah kancing pada kerah melambangkan rukun iman.
  • 2 buah kancing pada dada kiri dan kanan melambangkan dua kalimat Syahadat.
  • 3 buah kancing yang tak terlihat di bagian dada dekat perut yang melambangkan nafsu manusia yang harus dikendalikan.

Pemakaian surjan dulunya terbatas pada bangsawan dan para abdi keraton.


5. Kanigaran

Kanigaran

Kanigaran merujuk pada dandanan khusus pengantin dari keluarga kerajaan di Kesultanan Ngayogyakarta yang disebut paes ageng kanigaran. Riasan ini dipersilakan untuk dipakai oleh masyarakat umum pada masa pemerintahan Sultan HB IX. Kanigaran sarat akan makna filosofis dan banyak diminati calon pengantin, khususnya bagi yang berdarah jawa.

Pakaian kanigaran terbuat dari bahan beludru warna hitam yang dilengkapi dengan kain dodot atau kampuh sebagai bawahan. Riasan dan aksesoris beserta cara pakainya memiliki aturan khusus tersendiri dan hanya perias terlatih yang mampu melakukannya.


6. Basahan

Basahan

Sama halnya dengan kanigaran, basahan merujuk pada dandanan yang digunakan oleh pengantin. Berasal dari warisan kebudayaan Mataram, basahan masih banyak menjadi dandanan pilihan untuk upacara

Pembeda antara dandanan basahan dan kanigaran adalah gaya berpakaiannya. Jika kanigaran mengenakan pakaian luaran berbahan beludru di luar kemben, pada basahan pakaian luaran tersebut tidak ada. Riasan dan aksesoris yang digunakan hampir menyerupai pada dandanan paes ageng kanigaran.

Baca Juga: Pakaian Adat Sunda


7. Batik

Batik

Batik adalah hasil abreviasi dari kalimat jawa babat soko sak tithik, yang secara istilah dapat diartikan mengerjakan sesuatu sedikit demi sedikit. Ada pula yang menerangkan bahwa batik adalah gabungan dari amba yang artinya luas/lebar dan thik/titik/matik yang artinya membuat titik.

Sehingga dapat diartikan sebagai menggambar (dan menggabungkan) titik-titik pada kain yang lebar. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO akhirnya mengakui bahwa batik adalah warisan budaya yang berasal dari Indonesia. Sejak saat itulah, batik kian populer dan dikenakan untuk berbagai kesempatan.

Secara masif, masyarakat berbondong-bondong beralih mengenakan batik untuk acara formal. Bahkan instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta, serta sekolah-sekolah menambahkan batik sebagai seragam wajib.

Selain itu, disamping motif baku milik keraton, para produsen batik pun kian kreatif dan berani dalam memberikan warna dan corak pada kain. Setiap daerah memiliki karakteristik motif tersendiri yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan budaya setempat.

Batik dari daerah yang pesisir biasanya lebih dinamis dalam pemilihan corak dan warnanya dibanding dengan dari daerah yang masih terpengaruh oleh budaya keraton.

Seiring dengan perkembangan zaman, model pakaian batik pun kian beragam. Kain batik tidak hanya berakhir sebagai bawahan untuk kebaya, namun juga sudah kaum perempuan menjadikan batik sebagai gaun maupun atasan. Sehingga tidak terkesan ketinggalan zaman, justru mampu meningkatkan kecintaan akan warisan budaya nasional.

Saat ini, gerakan kembali kepada yang tradisional menjadi tren, terutama untuk urusan pakaian. Beberapa instansi pemerintah sudah menggalakkan untuk menggunakan pakaian adat di salah satu hari kerja.

Termasuk penggunaan batik sebagai seragam resmi di berbagai instansi pendidikan. Bangga dengan budaya dalam negeri bukan berarti akan tertinggal dengan persaingan global.

Nah, itulah beberapa pakaian adat Jawa yang saat ini masih terjaga dengan baik. Kita sebagai generasi bangsa sebaiknya turut menjaga kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa kita Indonesia.

Pakaian Adat Jawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *