7+ Nama Pakaian Adat Aceh dan Contoh, Gambar, Penjelasan

Pakaian Adat Aceh

Pakaian Adat Aceh – Aceh merupakan wilayah Indonesia yang berada di ujung paling barat, berbatasan langsung dengan Malaysia dan Samudera Hindia. Karena letaknya tersebut maka Aceh dahulu menjadi tempat persinggahan bagi para pedagang dan penyebar agama dari Timur Tengah.

Pakaian adat Aceh pun sangat dipengaruhi oleh kebudayaan melayu dan islam. Pakaian adat Aceh biasa digunakan pada saat upacara penting, seperti pernikahan dan juga saat menampilkan tarian adat.

Dalam kehidupan sehari-hari, gaya berbusana penduduk Aceh tak terlepas dari syariat islam sehingga Aceh sering disebut juga sebagai serambi Mekah. Aceh terkenal dengan Pulau Sabang nya yang merupakan titik kilometer nol ujung barat Indonesia.

Selain itu Aceh juga dikenal dengan  pahlawan wanita nya Cut Nyak Dien. Kebudayaan yang dimiliki Tanah Rencong ini tak kalah menarik, misalnya tari saman yang populer hingga ke mancanegara. Akulturasi dengan nuansa islam terasa sangat kental.

Pakaian adat Aceh, baik laki-laki maupun perempuan memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini tentu saja menjadikannya menarik dan tidak biasa. Pakaian ini menunjukkan status sosial dalam masyarakat Aceh pada jaman dahulu. Busana adat Aceh untuk laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:


Pakaian Adat Aceh Untuk Pria

Pakaian Adat Aceh Untuk Pria

Baca Juga: Pakaian Adat Bali

Peukayan Linto Baro Merupakan busana adat yang diperuntukkan bagi laki-laki. Mulanya busana ini digunakan untuk menghadiri upacara adat dan kegiatan pemerintahan pada zaman kerajaan islam yaitu Samudera Pasai dan Perlak.

Pakaian ini terdiri dari tiga bagian penting yang tak terpisahkan, yaitu bagian atas, tengah dan bagian bawah. Berikut ulasan lengkap dari 3 bagian penting dari Linto baro tersebut dan 1 senjata tradisional sebagai pelengkap:

1. Meukasah

Meukasah adalah pakaian adat Aceh berupa baju yang ditenun menggunakan benang sutra. Baju Meukasah biasanya berwarna hitam, hal ini dikarenakan masyarakat Aceh mempercayai bahwa warna hitam ialah lambang kebesaran.

Baju ini tertutup pada bagian kerah dan terdapat sulaman yang dijahit menggunakan benang emas. Ditenggarai hal ini terjadi karena perpaduan antara budaya Aceh dan China yang dibawa oleh para pedagang yang melintas.

2. Sileuweu

Sileuweu atau Cekak Musang merupakan celana panjang berwarna hitam yang digunakan oleh laki-laki Aceh. Celana ini terbuat dari kain katun yang ditenun dan melebar pada bagian bawahnya. Pada bagian tersebut diberi hiasan sulaman yang terbuat dari benang emas dengan pola yang indah.

Dalam penggunaannya celana ini dilengkapi dengan kain sarung songket yang dibuat dari sutra dan diikatkan di pinggang. Kain sarung ini biasa dikenal dengan sebutan Ija Lamgugap, Ija krong atau Ija Sangket yang memiliki panjang di atas lutut.

3. Meukeutop

Meukeutop merupakan penutup kepala yang melengkapi pakaian adat Aceh. Penutup kepala ini berupa kopiah yang memiliki bentuk lonjong ke atas. Meukeutop dihiasi dengan lilitan yang di sebut dengan tengkulok.

Tengkulok adalah kain tenun sutra yang dilengkapi dengan bentuk bintang persegi delapan yang terbuat dari emas maupun kuningan.

Meukotop yang merupakan mahkota laki-laki ini juga termasuk bukti kuatnya pengaruh islam yang berasimilasi dalam kebudayaan masyarakat di Aceh.

4. Rencong

Rencong adalah senjata tradisional penduduk Aceh yang sangat khas. Senjata tradisional yang bernama Rencong atau Siwah digunakan sebagai penghias yang diselipkan di bagian pinggang. Senjata ini memiliki kepala yang terbuat dari emas atau perak yang dihiasi dengan permata.

Rencong merupakan belati yang berbentuk seperti huruf L. Pada jaman dulu rencong yang memiliki hiasan dipakai oleh para sultan dan pembesar. Sedangkan untuk rakyat, bagian kepala rencong biasanya terbuat dari tanduk hewan. Mata belatinya sendiri terbuat dari besi berwarna putih atau kuningan yang diasah tajam.

 


Pakaian Adat Aceh Untuk Wanita

Pakaian Adat Aceh Untuk Wanita

Baca Juga: Pakaian Adat Riau

Peukayan Daro Baro merupakan pakaian adat Aceh yang diperuntukkan bagi wanita. Pakaian ini berwarna lebih cerah jika dibandingkan dengan pakaian laki-laki dan banyak variasi.

Biasanya pakaian ini berwarna merah, hijau, ungu dan kuning. Peukayan Daro Baro memiliki lebih banyak hiasan sebagai pelengkapnya.

Seperti Linto Baro, Daro Baro juga terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Pakaian ini juga masih menggunakakan ciri yang islami. Bagian-bagian Daro Baro adalah sebagai berikut:

1. Baju Kurung

Dari bentuknya Baju Kurung merupakan gabungan dari kebudayaan Melayu, Arab dan China. Baju ini berbentuk longgar dengan lengan panjang yang menutupi lekuk tubuh wanita.

Baju ini juga menutupi bagian pinggul yang merupakan aurat. Pada jaman dahulu baju ini dibuat menggunakan tenunan benang sutra. Baju kurung memiliki kerah pada bagian leher dan bagian depannya terdapat boh dokma.

Dibagian pinggang dililitkan kain songket khas Aceh atau yang biasa disebut dengan Ija Krong Sungket. Kain ini menutupi pinggul dan baju bagian bawah yang diikat menggunakan tali pinggang yang dibuat dari emas maupun perak.

Tali pinggang tersebut dikenal dengan nama taloe ki ieng patah sikureueng yang memiliki arti tali pinggang patah sembilan.

2. Celana Cekak Musang

Sama seperti celana pada laki-laki. Cekak Musang juga memiliki bentuk melebar pada bagian bawah, namun memiliki warna yang cerah sesuai dengan baju yang dipakai. Celana ini juga dilapisi dengan sarung tenun yang menjuntai sampai ke lutut.

Biasanya pada pergelangan kaki celana ini terdapat hiasan berupa sulaman benang emas yang mempercantik tampilannya. Celana ini juga sering digunakan wanita Aceh dalam persembahan tarian tradisional.

3. Perhiasan

Perhiasan yang digunakan untuk melengkapi pakaian adat Aceh bagi wanita beraneka ragam. Seperti Patam Dhoe yang berbentuk mahkota, pada bagian tengahnya diukir menggunakan motif daun sulur.

Mahkota ini terbuat dari emas dengan bagian kanan dan kirinya dihiasi oleh motif pepohonan, daun dan bunga. Pada bagian tengahnya diukir kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad menggunakan huruf arab.

Motif tersebut biasa disebut dengan bungong kalimah yang dikelilingi oleh bunga-bunga dan bulatan-bulatan yang memiliki arti bahwa wanita tersebut telah menikah dan menjadi tanggung jawab sang suami.

Selanjutnya yaitu anting-anting yang disebut dengan subang yang terbuat dari emas dengan motif bulatan kecil atau boh eungkot. Hiasan pada bagian bawahnya berbentuk rumbai untuk memperindah tampilannya.

Selain itu juga terdapat subang lain yang disebut dengan subang bungong mata uroe atau  anting yang berbentuk seperti bunga matahari.

Kemudian ada kalung yang dibuat dari emas yang memiliki enam buah keping bentuk hati dan satu buah keping berbentuk mirip kepiting. Kalung ini oleh masyarakat Aceh biasa dikenal dengan sebutan  Taloe Tokoe Bieng Meuih.

Ada pula kalung yang terbuat dari emas bermotif daun sirih, dan juga kalung azimat yang memiliki manik-manik bermotif boh bili. Lalu ada gelang tangan atau Ikay, Gleuang Goki atau gelang kaki dan juga cinci Euncien Pinto Aceh yang terbuat dari emas kuning maupun putih.


Demikianlah macam pakaian adat Aceh dan bagian-bagiannya yang dijelaskan secara lengkap. Kedua pakaian adat Aceh tersebut biasanya digunakan saat pernikahan. Sebagai warga Indonesia.

Alangkah baiknya jika kita turut menjaga kelestarian budaya dan adat istiadat dari beragam suku yang ada di Nusantara. Cara menjaganya salah satunya dengan memakai pakaian adat yang kita miliki ketika melangsungkan pernikahan.

Pakaian Adat Aceh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *