Puisi Kemerdekaan – Kemerdekaan adalah sebuah kebebasan dalam hal apa saja, misal kebebasan untuk menyelenggarakan atau mengatur pemerintahan sendiri yang sesuai kehendak rakyat. Seandainya Negara Indonesia belum merdeka seperti saat ini, mungkin kita tidak akan hidup nyaman dan tentram.
Oleh karena itu, ketika Indonesia di jajah dan akhirnya muncullah para pahlawan yang berjuang demi Negara Indonesia ini sekuat tenaga, berkorban jiwa raga, menumpahkan darah, harta ataupun apa saja yang mereka miliki. Untuk mengenangnya berbagai bentuk dan cara dilakukan untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan kita.
Misalnya berupa gambar atau nama mereka banyak diabadikan di berbagai tempat. Selain itu juga masih ada bentuk untuk mengenang jasa para pahlawan kita yakni mengabadikannya dalam bentuk puisi. Seperti puisi kemerdekaan tentang perjuangan dan puisi kemerdekaan tentang kepahlawanan berikut ini :
Puisi Kemerdekaan Dalam Proses Perjuangan
Harga yang mahal dari sebuah kemerdekaan harus dimulai dari perjuangan yang tidak mudah. Berbagai langkah panjang menjadi sejarah untuk terwujudnya sebuah impian mulia ini. berikut puisi kemerdekaan yang menceritakan mengenai perjuangan ;
1. Masih Kah Ada?
Langkah lari begitu cepat, kami meninggalkan semua pergi
Memang sudah tidak ada lagi
Untuk apa, dalam tanah sendiri tanpa kebebasan menjadi tidak berarti
Menyusup berlindung dalam perdu, tergores berdarah pun sudah tak lagi ku rasa sakitnya
Dingin, kulit kami keras bagai kulit kayu
Tak tertembus oleh beku, tak akan menjadi gosong karena terik
Berhianat dan saling menghianati
Bertanya tanpa pernah menemukan jawabnya
Sekali lagi
Masih kah ada?
Satu jalan untuk kembali pulang
Menyebutnya sebagai rumah tanpa harus terjajah
Jauh tinggalkan hutan menuju perkampungan
Melepas tombak terganti dengan erat genggaman
Masih kah ada
Satu titik untuk ku sobek lebarkan sebagai sumber cahaya
Mengusir kutu penghisap darah, kaya negeriku
2. Sebuah Tanda Tanya
Kemarin kami masih mengolah kebun kami
Mendapatkan ketentraman dari leleh yang kami jadikan tumbal
Bercucuran keringat, lelah kami segera usai
Kebun subur sepanjang kuasa bola mata
Kemarin sepertinya keberpihakan masih mempunyai kendala yang sama
Teratur, tertib, disiplin, berkeadilan
Tanah kami lahir
Milik kami sampai mati
Hari ini tamu yang banyak itu tak perlu kita sambut
Tak perlu menyeduh teh, atau sekedar menyuguhkan sedikit senyum
Seperti karma, mereka datang membawa petaka
Tanpa punya malu, mengatakan “itu milikku”
Siapa mereka?
Datang begitu banyak menjadi sumber bencana
Siapa mereka?
Meminta hasil bumi tanpa mau ikut bertani
Mengumbar gagah hanya untuk menguasai tanah yang salah
Siapa mereka?
3. Harapan
bila kecil kalian belajar mengeja nama
dari bayi kami tak memiliki hal yang sama
Nama? Untuk apa dieja? Menegaskan agar diri ini tidak lupa?
Maka dari sini kita memang berbeda
Kau baca tulis, aku pun melakukannya… sekali lagi ini bukan mengeja nama
Sudah cukup mengenai sebuah kata yang membuat aku menoleh saat dibunyikan
Maka kita berbeda
Aku pun belajar cara mengeja
Merangkai huruf-huruf gandeng menggandeng menjadi sebuah kata
Itu tidak terbaca sebagai sebuah nama
M-E-R mer D-E de K-A ka
Itu yang kami eja
Di setiap waktu tanpa sedikitpun tertarik dengan ejaan nama
Nama hanya gambarkan saya
Tapi merdeka untuk seluruh bangsa
4. Matahari Ada Dua
Kami tertipu
Oleh rasa ego yang membuat tunduk seketika
Pilihan seperti jalan terbelah dua
Kanan dan kiri memiliki tagihan yang tersembunyi
Kepada siapa kami berpihak
Masa depan seakan tidak pernah lagi menjadi mimpi
Bila untuk sesuap nasi saja kami beradu jidat
Mencubit, mendorong dan tinggalkan mereka yang disebut dengan saudara
Matahari pun ada dua
Menuruti kata mereka yang berkuasa atau merebut merdeka
Pertempuran kami bukan tentang baku hantam
Tidak pula mengenai kubangan darah juang
Pertempuran kami melawan ego sendiri
Keinginan bernafas lega dan ditikam perlahan
Atau dengan berbalik dan ditembaki
Matahari ada dua
Silau kami seolah menjadi buta seketika
Baca Juga: Puisi Berantai
5. Getir
Tidak ada rasa, ku yakin akan terasa lebih baik dari semua
Dari perih kenangan yang memilukan
Serupa air mata tak pernah kering dari sumbernya
Kepada duka yang telah sirna dengan kibaran bendera
Getir.. masih membekas dalam dada sebagai upaya siaga
Pemaknaan seperti apa bila merdeka menyisakan peperangan yang tetap hidup dalam jiwa
Seolah mimpi menjadi nyata, dan kenyataan adalah khayalan
Getir
Ku menelan utuh agar hanya aku saja yang tau rasanya
Mengenai kata Merdeka, yang harus ku catat menggantikan berjuta nyawa
Dengan pekuburan yang tak jelas di mana saja
Untuk kami, Nusantara adalah taman makan pahlawan di setiap jengkalnya
Membayar bendera yang berkibar dengan berkubik darah segar
Getir..
Haruskah sepahit ini
Puisi Kemerdekaan Menceritakan Saat Perang
Bila ada kata yang harus di hindari di kehidupan ini adalah perang. Memisahkan yang tunggal, dan ceraikan yang utuh. Menghabiskan yang berada, memahat batu nisan untuk yang memiliki semangat tua. Berikut ini adalah puisi kemerdekaan yang menceritakan saat perang ;
1. Tanpa Alas Kaki
Melangkah seperti susuri pecahan kaca tajam
Berdarah terasa laksana keringat lari pagi
Menembus semua medan dan kami tak lagi memiliki kulit hewan atau sepotong kayu
Membiarkan kaki terbuka tanpa melawan perih yang diberikan oleh permukaan kejam
Penopang berat badan yang dikatakan cacingan hanya secuil harapan
Tubuh layu dan kelaparan adalah teman
Condong ke depan menahan lapar yang kian menggerogoti
Tapi kami bawa harta berharga yang sangat pasti
Semangat menang meski hanya dengan parang dan belati
Apalah arti alas kaki dibandingkan dengan kata “pasti” dalam doa kami
Terkoyak biarlah luka menganga
Menyisakan bercak darah untuk ku tinggalkan sebagai pertanda
Ayahmu yang gugur tidak turut serta mengubur kekerdilan
Ayahmu yang mati tanpa pernah memberimu rasa untuk dikasihani
2. Mati Tanpa kafan
Sejauh mana maut berada?
Jika kami selalu membawa mereka turut serta
Di mana maut bersembunyi dalam pekat hutan?
Kami mengantongi mereka di setiap jejak langkah
Merayu perdu untuk sedetik menyambung nafas
Memeras embun pelepas dahaga di medan pertempuran
Mengais ubi tanpa pohon dalam tanah
Tak takut mati, karena maut sebegitu dekat dengan kami
Berbeda mati pun kami tidak sama
Mereka merdeka kami masih harus merebutnya
Mati terkubur dalam bumi, tidak dengan kami
Jasad kami terkubur mayat teman sendiri
Lautan darah seperti mata air suci
Bersihkan tubuh penuh dosa terus menambah tumbal
Dosa kami untuk bendera berkibar tinggi
Dosa kami merobek daging putih bagai babi guling
Kulit kemerahan itu sebagai ancaman
Bila pun mati memeluk
Tanpa kain kafan jiwaku damai bersama pertiwi yang ku perjuangkan
3. Rajutan Yang Tertunda
Suara mesin jahit belum pernah diperdengarkan
Genjotan mesin tua berwarna hitam itu baru satu dua yang memiliki
Kami merajut sendiri semua gulungan dan memujanya sebagai benda agung
Jarang, berganti baju atau pun mampu menutup diri dengan sempurna
Rajutan itu terpaksa kami tunda
Ditelan kekhawatiran mengenai berita duka
Bagaimana kabar saudara?
Mencari jawaban dalam lautan tanda tanya
Kami berlibur untuk membuat benang-benang tumpang tindih dengan rapih
Membuat dua petak dengan batasan yang sama serupa
Merah berani
Putih nan suci
Rajutan yang tertunda
Bendera belum berkibar dengan sempurna
4. Ransel Tentara
Berat beban bahu yang ditopang punggung-punggung kurus
Berjejalan semua perlengkapan menopang kebutuhan hidup yang entah sampai kapan
Tawaku menjadi terpenjara dalam jutaan langkah jauh meninggalkan rumah
Bukan ransel tentara dengan jahitan kokoh dan untuk dibawa seorang diri
Kami bergantian memikul beban seberat massa tubuh kami
Dengan jalan kaki terhuyun membabat jalan baru membuka hutan keramat
Angker
Lebih angker bayangan penjajahan
Imbalan peri dalam samaran pohon-pohon tak terjamah dari mulai adanya
Gemerlap istana gaib
Kami lebih senang gubuk reot yang kami tinggal pergi
Hanya ada jalan di tengah belantara untuk pulang kesana
Tukar dengan nyawa kami, atau nyawa mereka
Puisi Kemerdekaan Tentang Teks Proklamasi Dan Dasar Negara
Penyusunan teks proklamasi dan dasar negara tidak bisa dipisahkan dari prosesi kemerdekaan. Puisi-puisi kemerdekaan menjadi apik sebagai pengingat penting peristiwa ini menjadi landasan. Berikut ini puisi kemerdekaan yang menceritakan tentang teks proklamasi dan dasar negara ;
1. Perjuangan Panjang
Malam-malam penuh pertarungan
Kemana siang kami, tak kembali
Malam menjadi semakin pekat, dan semakin keruh permasalahannya
Diskusi yang tidak kunjung berakhir
Penat, lelah, kami terus beradu mulut
Memaki, tanpa ada benci dalam hati
Hanya untuk satu kata sepakat yang begitu alot
Untuk kalimat yang tertahan
Kesepakatan yang tidak kunjung usai
Untuk tanah air yang kian lelah akan penjajah
Merdeka adalah harga mati yang harus segera di bayar sah
2. Perdebatan Tanpa Henti
Aku
Kamu
Dan kalian
Berada dalam satu meja yang sama sepanjang senja hingga pagi tiba
Berhenti
Bernafas dalam sunyi
Sumpah serapah
Tekat yang semakin kian pasti
Merdeka atau mati, kami sudah banyak yang mati
Lalu
Kapan merdeka bisa kami ambil sebagai alat tukar atas bangkai manusia yang tidak dihargai
Merdeka, atau mati, kami telah banyak yang mati
Lalu mari segerakan
Merdeka dengan proklamasi
3. Hampir Kalah
Dalam kendi air terakhir
Berbagi satu dua tetes kepada seluruh jiwa
perdebatan menjadikan musuh yang terlahir dari saudara
Untuk suatu persatuan yang satu menjadi perdebatan
Tidak hanya untuk menang kami mau bergandengan
Mengukir cerita damai
Tanpa pernah ingin saling terberai
Kami hampir kalah
Ketika pintu yang penuh cahaya memberikan jawabnya
4. Menahan Diri
Sudah cukup
Kami telah lelah
Beradu pandang, melempar penolakan
Bila kau tak mau
Biar aku saja yang maju
Berdarah, lebih membahagiakan dari pada kalah
Untuk ini kami tidak pernah mau mengharapkan keberuntungan
Tangan buntung lebih mulia dari judi melempar anak panah
Kesakralan tidak meredup meskipun satu pejaman mata
Negeri impian telah kami temukan celah merobeknya dari mimpi yang mengunci
5. Saksi
Ruangan bisu kini sepi
Dahulu itu penuh dengan emosi
Meja-meja yang digebrak
Lirikan tajam, dan hempasan nafas bengis
Satu kata, kami tidak kalah
Ini hanya berproses, terus berevolusi tanpa ampun
Menuju suatu bentuk yang di cita-citakan
Ada lima pilar
Dengan sembah agung pada yang satu
Ada lima pilar
Memikul berat nusantara menyatu
Dengan lima pilar
Impian kami semakin nyata terbuka
Puisi Kemerdekaan Di Momen Proklamasi
Peristiwa proklamasi kemerdekaan menjadi momen puncak. Perjuangan akhir yang sebenarnya baru dimulai babak barunya. Seolah selesai tanpa pernah ada tanda tali finish. Namun proklamasi adalah sebuah kejadian besar, banyak rasa yang di gambarkan dalam puisi kemerdekaan dengan latar proklamasi. Seperti di bawah ini:
1. Pelontos Tak Bertopi
Jaman itu
Mana ada topi-topi pelindung kepalaku
Alas kaki saja kami tidak punya
Jaman itu
Seperti masih wajar kami bertelanjang dada
Berjajar rapi menahan lapar dari pagi
Ini bulan mulia
Kami berpuasa
Beberapa tanda menunjukkan bahwa lontar itu bekerja
Memenuhi janjinya dengan menghadirkan mereka
Dalam banyak jawaban yang membuat mata kami tak henti melihat
Jaman itu
Sepeda masih langka, mobil seperti kendaraan dalam mimpi saja
Sebelum tanda waktu makan kami berakhir, kami telah tegap bagaikan tiang penerangan
Di siang hari kepala pelontos yang deras keringat tanpa topi
Untuk sebuah pembacaan
Dengan kalimat awal dibuka oleh kata proklamasi
Baca Juga: Puisi Ws Rendra
2. Khusu’ Dalam Patuh
Seperti sembahyang
Khusu’ tanpa mengindahkan yang telah indah di depan mata kami
Meski indah hanya kali itu pertama menjadi kebebasan mata
Patuh dalam tunduk menggali lebih dalam lagi dengan tatapan kabur
Jabat tangan dan berpelukan bukan tujuan aku jauh ke mari
Menebus luka penjuru negeri
Aku tempuh berhari-hari langkah kaki tanpa henti
Lapar, lelah, mengantuk
Rakyat desa ku tidak mengirim untuk keluhan itu
Gali terus ku gali hingga jauh
Menemukan tulang-tulang tanpa batu nisan
Basah air mata yang menjadi pupuk membasahi Indonesia setiap hari
Remah-remah kisah cinta terpendam
Luka-luka tanpa pengobatan yang busuk
Aku kemari untuk menjadi tukang gali
Mendengarkan dengan cermat dan akan ku hafalkan tanpa beda satu tanda koma
Kata-kata yang indah, aku terheran dalam tunduk
Kami bangsa Indonesia seperti cambuk yang mengagetkan
Kami bangsa Indonesia aku tentu mengulangi
Dan kami bangsa Indonesia merdeka di tanah sendiri
3. Barisan Mata-Mata
Apakah ada yang murni?
Selain susu-susu yang keluar perlahan dari payudara tapa isi
Tak memiliki apapun untuk berbagi kepada sang bayi kecuali tetesan-tetesan kecil penghidupan
Kau fikir kami akan menukar dengan susu-susu sapi, kasih kami?
Lihatlah bahkan ayam segenggam tangan pun mati oleh ketakutan mereka sendiri
Pagi ini, kau fikir semua ini murni kami yang satu?
Dengan rasa bahagia dan haru yang tidak berbeda?
Dengan rasa syukur dan ucapan pujian kepada tuhan yang Satu?
Maaf, aku mengatakan padamu bahwa kamu keliru
Bila kau telah hidup lama dalam kekhawatiran penjajahan
Mudah menemukan mata-mata samaran
Berbaur memakai baju rakyat
Menjadi sama dengan pohon-pohon
Kau fikir masih bisa kata murni digunakan?
Hanya pada susu yang keluar dari wanita lemah kami itu menggantikan
Terlampau lama kami siaga
Tak mengapa untuk pagi ini
Rasa bahagia membiarkan mata-mata lepas bebas di sini
4. Tangis Haru Yang Tersimpan
Tidak hanya aku
Tidak hanya satu
Yang muda bergerak cepat dan gagas seolah tidak lagi memiliki sedikit sabar
Anak-anak berlarian, mereka telah mendengar bocoran ini dari tetuanya
Pagi menyingsing membangunkan setiap jiwa yang lapar oleh kebebasan
Mereka yang tua begitu percaya langkah lemahnya akan turut menyaksikan sebuah sejarah besar
Mengeruk bahagia setelah terkubur begitu lama
Pengharapan akan pemakaman dalam kemerdekaan bangsa mereka
Tua, mati dalam pertiwi miliki sendiri satu-satunya angan tertinggi
Tangisan haru kematian lebih membahagiakan dari pada tangisan hujan peluru di masa muda ku
Pelan, langkah lemah ini akan membawa kami menjadi saksi
Hari dimana merah putih berkibar sampai ke tiang tertinggi
Dalam kalender ini akan tercatat sampai dunia menyudahi ceritanya
Tertib setiap tahun perayaan akbar harus terselenggara
Mereka hanya berpesta setelah ini, mengeluarkan tawa bukan menukar dengan keterpasungan
Berbaring di parit-parit menunggu berisik itu berlalu
5. Jalan Itu Kenangan
Ramai orang berkerumun
Mematung dengan perasaan begitu banyak menyatu dalam tenang berdiri
Rindang pohon tak akan memberi artian yang menolong kala itu
Bahkan meteor yang jatuh pun tidak akan membuat sedikit langkah kami menjauh
Untuk ini seribu nyawa kami tukarkan
Bahkan seribu nyawa lagi bila memang begitu aturan jual beli
Mulut-mulut terkunci seperti hati mereka yang terlalu sibuk mencerna
Kebebasan menjadi hak segala bangsa adalah kata-kata yang sering menggema
Mengalun membisikkan yakin berjalan tak henti menyelusuri negeri
Ribuan tahun yang lalu, katanya kami perkasa tak tertandingi
Ketika raja-raja dengan kekuatan tak seperti kebanyakan memimpin
Jadilah makmur semua nenek moyang tanpa perlu bondong berbondong berperang
Jamanku mungkin pertiwi bangkit untuk mendidik
Ajarkan bahwa merdeka itu mahal harganya
Seolah-olah malu mengundang ucapan cinta dari penghuninya
Setelah ramai-ramai ini
Dalam satu komando kami merangkak meski tanpa kaki
Bergerak, mendongkrak tanpa ampun kepada diri sendiri
Menuju kejayaan itu, yang dahulu pernah menjadi milik kami
6. Prajurit
Bolehkah aku ikut berbahagia dengan peristiwa ini
Ketika pengeras suara mulai meneruskan bunyi
Ketika satu persatu kata diucapkan dengan lancar
Aku siaga
Meski pikiran ku melanglangbuana
Mengikuti arus maju mundur
Menghidupkan banyak memori yang tela ku kubur rapi sebelum ini
Serahkan semua hidup tinggalkan hati terpenjara dalam diri yang terus menjauh pergi
Bolehkan sekarang aku berhenti
Saling mengejar dan bersembunyi
Kata merdeka sudahkah perjuanganku selesai
Mengambil cuti panjang, melepaskan senapan yang terus ku peluk bagai kekasih
Akan ke susuri kembali
Medan berat tanpa sepatu tinggi
Membawa rindu yang turut serta dari hari pertamaku terlepas
Membiarkan hanya doa satu-satunya penghubung rindu
Kumpulkan ratusan surat yang tak pernah sampai
Esok aku akan datang untuk memohon restu orang tuamu
Puisi Kemerdekaan Tentang Perjuangan
Sebagai bentuk untuk mengenang jasa para pahlawan kita dalam perjuangannya melawan para penjajah ditulislah puisi. Berikut contoh-contoh puisi kemerdekaan tentang perjuangan :
1. Hari Ini
Hari ini kita berdiri di depan kaca
Memandang dari wajah hingga busana
Memandang diri yang begitu menakjubkan
Dengan lihainya kita berlenggok
Hari ini pula lihatlah wajah wajah kita
Yang begitu keras tanpa ada urat malu
Bagaikan pohon yang kokoh
Terpancar begitu gagah
Hari ini juga kita berdiri
Di atas bumi yang hitam legam
Di aliran air biru yang jernih
Di hembusan udara yang begitu putih bersih
Tapi taukah engkau…
Bahwa bumi yang kini kita pijak ini adalah keringat para jasa pahlawan
Yang berjuang membela tanah yang kita pijak hingga air yang kita minum
Sampai saat ini, kita bisa terbang bebas
Berteriak tanpa dekapan
Karena semua ini berkat jasanya
2. Terbanglah Indonesiaku
Terbanglah Indonesiaku…
Terbang ke angkasa bebas
Mengapai bintang yang jauh melambung
Untuk menunjukkan pada alam semesta merah putihmu
Terbanglah Indonesiaku…
Tak ada seorang pun bisa mengikatmu
Bahkan mengurungmu
Kita bukan katak di dalam tempurung
Kita semua bebas merdeka
Terbanglah Indonesiaku…
Terbanglah sesukamu
Tataplah kemana kau ingin menatapnya
Cintailah apa yang kau inginkan
Karena kebebasan telah berpihak di raga kita
Karena ini adalah kemerdekaan kita
Terbanglah Indonesiaku…
Bahwa dunia beserta alam semesta harus mengetahui bahwa bangsa Indonesia hebat
Bangsa dengan perdamaian
Namun tidak berarti bisa diam bila kebebasan kita di rebut
Tidak akan kita biarkan harga diri dan hak kita di injak injak
Terbanglah Indonesiaku…
Dari ujung sabang sampai merauke kedamaian kita memuncak
Berdiri tegak di puncak gunung
Kita akan jaga lautan kita dan juga bumi kita
Kita tak akan membiarkan bangsa kita hancur kembali
Karena Negara tercinta ini sudah merdeka di tahun empat lima
3. Bambu Runcing
Ujung sebatang bambu yang tajam menyikat
Mengejar para musuh hingga ampun
Dengan sebilah yang tajam sakit dan mencekat
Yang selalu siap siaga menghadang musuh
Ujung bambu yang menjadi saksi
Begitu hitamnya rasa menyakit
Yang mengusir para iblis serta nyawa
Tanpa ada rasa takut dan gentar
Karena rasa cinta tanah air kita
Yang menyatu jadi satu di darah merah
Yang mengakar di tulang putih suci
Hingga menguasai nafas ini
Mereka berjuang dengan raib
Yang bercerai berai dengan raga
Tuk dipersembahkan untuk bumi garuda ini
Untuk bangsa kita, Indonesia raya
Mereka gugur dengan hormat
Yang memperjuangkan sebuah kebebasan
Hingga terenggut durjana
Itu semua karena untuk sebuah kemerdekaan
Baca Juga: Puisi Bahasa Jawa
Puisi Kemerdekaan Tentang Kepahlawanan
Selanjutnya puisi kemerdekaan tentang kepahlawanan ini juga merupakan bagian dari bukti kita kepada para pahlawan kita yang telah gugur di medan perang. Untuk mengenangnya berikut beberapa contoh puisi kemerdekaan tentang kepahlawanan yang bisa anda simak :
1. Terima Kasih Pahlawan
Karena semua jasamu, pahlawan kita
Bangsa ini merdeka
Dari ujung hidup dari barat sampai timur
Tanpa ada rasa gugup dan takut yang begitu membara
Engkau rela untuk menderita demi kami
Engkau rela mati demi kami
Engkau rela miskin demi kita
Dan untuk kami engkau rela hancur
Berkat jasa mu bangsa ini bisa merdeka
Bisa terbang bebas hingga melesat ke langit angkasa
Berkat jasa mu Indonesia jaya
Hingga menembus zaman yang kini canggih
Tak terbayangkan jika semangat itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayangkan jika keberanian itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayangkan jika kesabaran itu tak ada di hati kalian
Kami bangsa Indonesia
Banyak berterima kasih untuk jasamu para pahlawan bangsaku
Karena tanpa perjuanganmu yang begitu luar biasa
Bangsa Indonesia tak bisa menikmati udara kemerdekaan
Kemerdekaan Ini
Kemerdekaan ini adalah darah
Dari jutaan ton darah yang raib untuk sebuah kemerdekaan
Kemerdekaan ini adalah bentuk perjuangan
Dari para jasa-jasa pahlawan yang gugur di medan perang
Kemerdekaan ini merupakan nyawa
Karena bangsa ini beratus -ratus tahun menelan banyak nyawa melayang
Kemerdekaan ini merupakan lelah
Lelah yang selalu menemani dan menghantui
Kemerdekaan ini merupakan keringat
Dari para pahlawan yang berjuang hingga mencucur ruah hingga habis
Kemerdekaan ini merupakan usaha
Usaha menyerang penjajah yang kejam
Semua ini untuk bangsa kita
Indonesia
Semua ini untuk senyuman anak bangsa
Semua ini untuk masa depan bangsa kita yang lebih cerah
2. Merdeka
Hingga detik ini berjuta ton darah telah tertumpah
Hingga detik ini jutaan nyawa telah melayang
Hingga detik ini jutaan tulang belulang telah berserakan
Dari sebuah raga yang harus dibayarnya
Demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia
Demi mewujudkan satu kata
Yakni Merdeka…
Detik ini pula Indonesia telah bebas
Detik ini pula bangsa kita telah merdeka
Bangsa yang besar kini telah lahir
Dengan semangat para pejuang
Yang mengorbankan tetesan darah juangnya
Yang mengorbankan tetesan air mata juangnya
Dan jiwa-jiwa yang terbayarkan
Yakni hanya demi satu kata
Merdeka…
Yang tak terhitung jumlah jiwa yang gugur
Gugur di medan pertempuran
Mengorbankan darah segarmu merasuk ke sela-sela tanah air
Dengan bangga semua jasadmu tersenyum
Menyaksikan kemenangan yang tidak akan pernah engkau nikmati di dunia
Karena semua ini demi satu kata
Merdeka
3. Antara Merdeka Atau Mati
Dari genangan darah yang tumpah di atas tanah air kita
Dari berjuta nyawa yang melayang
Di atas tanah yang tak bertuan
Yang dahulu adalah sebuah tanah lapang
Yang telah menjadi medan perang
Para pejuang yang berteriak lantang
Untuk mengangkat tinggi kemenangan
Dengan gagah berani memegang senjata
Untuk melawan para penjajah yang kejam dan hina
Yang tercipta menjadi dua kata untuk pilihan
Antara merdeka atau mati
Yang tiada lain selain itu
Kecuali pilih merdeka atau mati
Banyaknya hujan peluru yang membrondong tubuh kekarnya
Tetap berjuang tegak meski tubuhnya berlubang
Dengan tertembaknya peluru tajam ke tubuh
Bercucuran membanjiri medan perang
Meski nama-namamu tak ku kenal
Meski jasadmu terkubur pada gundukan tanah
Bahkan ragamu berserakan hancur lebur
Terkena ledakan senjata penghancur saat perang
Namun kau pahlawan sejati bangsa kami
Pahlawan tanpa tanda jasa
Pahlawan sejati
Yang telah mengorbankan semua jiwa raganya
Demi untuk sebuah hak kebebasan
Yakni sebuah kemerdekaan
Itulah beberapa kumpulan puisi kemerdekaan, yang terdiri dari puisi kemerdekaan tentang perjuangan dan kepahlawanan. Dengan mempelajari puisi kemerdekaan kita akan semakin memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang kuat.
Dan semoga negara Indonesia semakin menghargai jasa para pahlawan kita yang telah berjuang dan gugur di medan perang. Karena tanpa perjuangan mereka kita tak akan pernah merasakan bebasnya dari penjajah bangsa lain, untuk itu kita sebagai gantinya mengenang jasa para pahlawan kita dengan mengabadikan nama-nama dari pahlawan. Tidak hanya itu saja masih banyak cara lainnya seperti membuat puisi kemerdekaan ini.
Beberapa puisi diatas adalah puisi kemerdekaan yang menggambarkan mengenai proses panjang yang ada di dalamnya. Kata merdeka tidak dibayar dengan satu atau dua petak ladang.
Dengan banyak nyawa, dengan banyak air mata. Puisi kemerdekaan di atas akan memberikan suatu nilai pelajaran mengenai sebuah penghormatan untuk kemerdekaan.