Sunan Muria : Biografi Singkat Sejarah Perjalanan Hidup – LezGetReal

Sunan Muria

Sunan Muria – Saat mendengar kata Walisongo, yang terpikir adalah wali Allah yang berjumlah sembilan. Salah satunya adalah Sunan Muria, seorang tokoh Islam yang berperan penting dalam menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Hindu dan Budha.

Pada zaman dahulu para tokoh ini tersebar ke berbagai daerah di Pulau Jawa. Berdakwah dan mengambil hati umat Hindu dan Budha untuk ikut memeluk agama Islam. Masing-masing memiliki cara sendiri dalam menyampaikan ilmunya dan berhasil mengajak masyarakat untuk bergabung.

Beliau berhasil mengajak masyarakat menjadi umat Islam. Tokoh agama Islam yang sampai sekarang masih dikenang karena ajaran dan peninggalan sejarahnya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang kisahnya, simak cerita berikut ini.


Biografi Sunan Muria

Biografi Sunan Muria

Dengan nama asli Raden Umar Said dan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Merupakan anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Bertempat tinggal di Gunung Muria tepatnya di Puncak Colo, terletak di sebelah utara Kota Kudus. Sunan Muria adalah wali yang kuat dan sakti, terbukti dengan lokasi tempat tinggalnya yang berada di Puncak Gunung.

Sama dengan ayahnya, beliau menyampaikan dakwahnya secara halus. Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah sehingga seringkali dijadikan penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak.

Solusi pemecahannya selalu dapat diterima oleh semua pihak. Selain itu beberapa ketrampilan yang dimilikinya adalah bercocok tanam, berdagang, dan melaut. Dengan kepribadiannya yang baik, beliau sangat disegani oleh banyak masyarakat karena mampu berbaur dengan rakyat.

Baca Juga: Sunan Gunung Jati


Silsilah Sunan Muria

Cara Menyampaikan Dakwahnya

Silsilah Raden Umar Said disebutkan dalam berbagai versi, pertama menurut ahli sejarah A.M Noertjahjo (1974) dan Solihin Salam (1964, 1974). Yaitu pernikahan Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh binti Maulana Is-Haq memperoleh tiga anak, Raden Prawoto, Dewi Rukayah, dan Dewi Sofiah.

Versi kedua dari karya R. Darmowasito, Pustoko Darah Agung tentang Sejarah Dan Silsilah Wali & Raja-Raja Jawa. Menyebutkan beliau adalah putra Raden Usman Haji dengan keturunan Tionghoa.

Berikutnya menurut buku dari Prof. Dr. Slamet Muljana yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindhu-Jawa Dan Timbulnya Negara-Negara Islam Di Nusantara (1968). Bahwa Sunan Kalijaga adalah seorang kapitan Tionghoa bernama Gan Sie Can. Namun Sunan Muria tidak mahir berbahasa Tionghoa karena sudah lama berbaur dengan masyarakat Jawa.

Yang terakhir berdasarkan karya Umar Hasyim. Sunan Muria: Antara Fakta Dan Legenda (1983), dikumpulkannya sejumlah pendapat ahli sejarah dan mengandalkan penafsirannya dalam menelusuri jejak Sunan.  Hasilnya Umar lebih pada Raden Umar Said sebagai anak dari Sunan Kalijaga.


Cara Menyampaikan Dakwahnya

Cara Menyampaikan Dakwahnya

Sunan Muria menggunakan metode kesenian dalam menyampaikan dakwahnya, yaitu menggunakan gamelan dan wayang. Beliau menyebarkan agama Islam kepada masyarakat pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata dengan cara yang halus.

Tidak hanya dari media itu, Sunan juga menciptakan tembang Jawa seperti Sinom dan Kinanti. Dalam pewayangan, diselipkan cerita islami dan dikombinasikan dengan alunan gamelan menjadikan penonton antusias dalam mendengarkan dakwahnya. tidak hanya itu, pada tembang yang diciptakannya pun di buat dengan lirik tentang ajaran agama.

Dengan cara tersebut, masyarakat menjulukinya Sunan yang suka berdakwah topo ngeli, yaitu dengan menghanyutkan diri dalam masyarakat. Tempatnya dalam mengajari agama Islam berada disekitar Gunung Muria, kemudian diperluas hingga Tayu, Juwana, Kudus, dan Lereng Gunung Muria. Asal usul nama beliau pun diambil dari tempat tinggal dan tempat dakwahnya.

Baca Juga: Sunan Gresik


Keistimewaan Dan Kesaktian Sunan Muria

Keistimewaan atau Karomah yang dimiliki Raden Umar Said ialah benda bekas peninggalannya. Di antaranya adalah pelana kuda yang sering digunakan masyarakat sekitar Gunung Muria dalam meminta hujan saat terjadi kekeringan.

Ritual meminta hujan tersebut bernama guyang cekathak atau memandikan pelana kuda dari komplek Masjid Muria sampai mata air Sendang Rejoso. Di sini pelana kuda dicuci kemudian dipercikkan ke warga selanjutnya berdoa dan sholat meminta hujan. Diakhiri dengan makan bersama berupa sayuran, opor ayam, gulai kambing, dan dawet.

Selain itu ada juga peninggalan lainnya yaitu air gentong yang dipercaya keberkahannya dalam mengobati penyakit dan berguna untuk kecerdasan bila meminumya.

Sunan Muria disebut guru yang sakti mandraguna, dapat dilihat dalam perkawinannya dengan Dewi Roroyono. Beliau mempunyai ilmu yang mampu mengembalikan serangan dari lawannya. Hal tersebut terjadi saat adik seperguruannya (Kapa) menculik Dewi Roroyono yang kemudian menyerang dan mengerahkan aji pamungkas. Namun serangan tersebut menjadi berbalik menghantam dirinya sendiri hingga Kapa meninggal dunia.


Benda Peninggalan Sunan Muria Dan Mitos Di Baliknya

Benda Peninggalan Sunan Muria Dan Mitos Di Baliknya

Pada zaman dahulu, Sunan Muria meninggalkan beberapa peninggalan yang sampai sekarang masih dianggap keramat oleh sebagian besar masyarakat. Benda-benda tersebut mempunyai mitos sehingga mereka kerap merawatnya dengan sakral. Peninggalan tersebut diantaranya adalah :

1. Bulusan Dan Kayu Adem Ati

Pada masa beliau masih hidup, terdapat seekor kura-kura kecil atau bulus yang dipercayai sebagai jelmaan manusia. Selain itu ada juga pohon dengan nama kayu adem ati yang dipercaya keramat oleh masyarakat sekitar. Konon, bulus dan pohon ini pernah menghilang dan kembali lagi tepat tanggal 17 Agustus 1945 yaitu saat Kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Pohon Jati Keramat Masin

Pohon ini telah berusia ratusan tahun, tumbuh sejak beliau masih hidup hingga sekarang. Tidak ada seorang pun yang berani menebang pohon Jati Keramat Masin ini karena dipercaya nantinya akan terkena sial atau musibah. Masyarakat meyakini pohon tersebut mempunyai ruh atau penunggu yang tidak dapat diganggu oleh siapapun.

Baca Juga: Sunan Bonang

3. Pari Joto

Pari Joto adalah representasi dari dua buah yang disebutkan dalam Al-quran dan Hadis. Diantaranya adalah madu lebah (An-Nahl) dan jintan hitam (Habbatussauda). Umumnya buah ini dikonsumsi oleh ibu hamil karena kandungan gizinya bagus untuk janin. Sekarang buah tersebut sangat mudah diperoleh karena telah dikembangkan oleh perusahaan yang sudah dibentuk dalam kemasan obat.

4. Pakis Haji

Dikenal juga dengan nama sikas (cycas) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pengusir hama yang merusak tanaman padi. Dan sampai sekarang masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat.

5. Situs Air Gentong Keramat

Situs air ini terletak di dekat pemakaman Sunan Muria. Biasanya para peziarah ditawari oleh kuncen untuk membawa air gentong keramat tersebut. Konon, air ini dipercaya masyarakat dapat mengobati berbagai macam penyakit.

Sunan Muria wafat pada tahun 1551 M dan dimakamkan di Kudus di area Masjid Muria dan sekarang menjadi peninggalan bersejarah. Keunikannya dalam berdakwah yaitu memanfaatkan kesenian menjadikan agama Islam mudah diterima dalam masyarakat. Sampai saat ini beliau masih dikenang masyarakat luas terbukti ramainya kunjungan Masjid Muria untuk beramai-ramai mendoakannya.

Yang perlu ditekankan pada manusia saat ini adalah tetap melestarikan peninggalan sejarah pada zaman dahulu. Merawat sumber daya yang dimiliki tanpa merusaknya merupakan wujud syukur atas semua karunia yang diberikan.

Atas perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam sangat patut dihargai dan diteladani. Demikian cerita tentang salah satu Walisongo yaitu Sunan Muria, semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Sunan Muria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *